mari mencari kita mencari..

Rabu, 29 Juli 2009

cerita diri yang selfish dan possesif

sampai hari ini saya berdiri dan tinggal di tempat ini ternyata waktu terasa lebih lama dari yang saya bayangkan, berangan-angan semua akan selesai dan mudah disini, sampai akhirnya ada pesan yang sampai di ponsel saya, seorang yang saya pernah kenal dan pernah sangat berarti, seseorang yang sangat ingin untuk selalu bersama namun tak ter gerak hati untuk menahannya saat dia meminta untuk pergi, setelah bebrapa bulan saya sendiri dan bergerak menjauh dan berontak dari segala jerat hitam yang membelenggu tentang kenangan tentang dirinya, sangat berat hati ini menerima kenyataan bahwa dia yang telah pergi dan sekarang kembali lagi entah karena alasan apa, namun apapun alasannya saya tidak akan pernah memiliki rasa untuk kembali mempercayainya seperti dahulu, berat sekali tangan dan jari-jari ini untuk menulis pesan balasannya, apa yang masih dia cari dalam diri ini? adakah sesuatu yang dapat membuat hati ini kembali menerimanya kembali biarpun bukan sebagai orang yang sangat berarti dalam hati..

entah mengapa ada suatu hal yang mendorong diri untuk segera membalas pesan itu, memaafkannya, membiarkannya masuk kembali dalam diri yang masih kotor, berserakan puing-puing bergambarkan tentang dirinya, biarlah dia melihatnya sendiri biarkanlah dia mengeti bagaimana selama ini saya menjalani hari dengan semua kehilangan yang sangat menyedihkan, merubah semua statemen tentang jenisnya dan dirinya sendiri, hingga dia sangat merasa bersalah dan memberikan kunci hatinya kembali.

kesadaran diri ini terkoyak dan terbuka lebar-lebar tentang apa yang saat itu pernah terjadi, hal yang sangat saya benci dan tidak satupun alasan untuk mengingat semua itu, menjadi diri saya yang lain sejak semua kesibukan terjadi dan membenturkan dan menghancurkan kesadaran diri saya hingga melupakan dirinya tidak hanya memikirkan saya, dia memiliki hal lain yang penting bagi dirinya, waktu-waktu yang dia ingin jalani tanpa kehadiran saya, namun juga ada saat yang sangat ingin dia jalani bersama saya, letih menerima saya yang posesif dan selfish tanpa memikirkan dirinya sama sekali, maaf ternyata sayalah orang yang bersalah seolah mengusirnya pelan-pelan tanpa kesadaran diri dan tidak menerima sama sekali setelah usaha yang tak disadari itu tejadi dan berhasil, maaf selalu terucap seolah-olah ingin mengulanginya, namun kedaan sudah sangat berbeda saya sudah tidak ada diposisi awal saat ini, dan dia memaklumi dan siap untuk menerimanya, namun entah kapan itu akan terjadi, dia memerlukan waktu untuk menjalaninya lagi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar